Hutan Kalimantan Menyusut, Banjir Landa Kalsel, 20.000 Warga Mengungsi

0 0
Read Time:2 Minute, 35 Second

Lidikcyber.com – Kalimantan disebut-sebut sebagai salah satu paru-paru dunia karena luas hutannya yang mencapai hingga 40,8 juta hektar. Namun, di tahun 2021 ini melihat dari jumlah kerusakan alam yang ada, kondisinya sangat mengkhawatirkan. Terlebih semakin tenggelamnya Kalimantan Selatan dalam beberapa pekan ini, yang berdampak banjir di daerah, ini membuktikan bahwa memang terjadi penyusutan hutan. Tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit yang dituding menjadi penyebab kerusakan alam, membuat Kalimantan Selatan menjadi rawan bencana. terlihat semakin menyusut dari tahun ke tahun, hal ini bisa menjadi perhatian kita akan pentingnya memelihara kelestarian hutan.

Penggundulan hutan dikaitkan penyebab terjadinya banjir yang kini melanda wilayah Kalimantan Selatan, dan menyebabkan lebih dari 20.000 warga harus mengungsi. Benarkah kondisi hutan Kalimantan separah itu? Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan “Data yang diperoleh LAPAN bersama Kementerian Kehutanan dan mitra lainnya, deforestrasi tahun 2000 dan 2010 tidak se – ekstrem gambar yang beredar di medsos,” kata Thomas, Sabtu (16/1/2021). Thomas kemudian menyertakan gambar citra satelit pulau Kalimatan antara tahun 2000 hingga 2012. Warna hijau tua menunjukkan wilayah dengan area hutan yang masih utuh, sedangkan warna yang lebih muda menunjukkan area hutan yang hilang. Thomas menambahkan, untuk tahun 2020, LAPAN belum melakukan analisis terhadap deforestasi yang terjadi di wilayah pulau Kalimantan. Ada penyusutan ada penambahan, tercatat terjadi penyusutan hutan, serta penambahan hutan pada periode 2000-2012 untuk pulau Kalimantan.

Peta tutupan dan perubahan hutan tahun 2000-2012 untuk Pulau Kalimantan. Daerah yang berwarna hijau tua merupakan tutupan hutan dari tahun 2000 hingga 2012, penyusutan hutan antara tahun 2000 hingga 2012. Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, dari peta itu dapat diketahui bila pada periode tersebut terjadi penyusutan hutan, namun pada saat yang sama juga terjadi penambahan di beberapa titik. “Itu menunjukkan ada deforestrasi, tetapi ada juga penambahan di beberapa titik,” kata Thomas. Manager Kampanye Walhi Kalsel M Jefri Raharja mengatakan banjir tahun ini lebih parah dari pada tahun-tahun sebelumnya. Selain faktor curah hujan yang tinggi, masifnya pembukaan lahan yang terjadi secara berkesinambungan turut andil dari bencana ekologi yang terjadi di Kalimantan selama ini. Data yang dimilikinya, pembukaan lahan terutama untuk perkebunan sawit terjadi secara terus menerus. Dari tahun ke tahun, luas perkebunan mengalami peningkatan dan mengubah kondisi sekitar. “Antara 2009 sampai 2011 terjadi peningkatan luas perkebunan sebesar 14 persen dan terus meningkat di tahun berikutnya sebesar 72 persen dalam 5 tahun,” ujarnya, kepada media nasional, sabtu (15/1/2021).

“Sedangkan untuk tambang, pembukaan lahan meningkat sebesar 13 persen hanya 2 tahun. Luas pembukaan tambang pada 2013 ialah 54.238 hektar, ‘pungkasnya. Jefri menyayangkan kondisi hutan di Kalimantan yang kini beralih menjadi lahan perkebunan. Pembukaan lahan atau perubahan tutupan lahan juga mendorong laju perubahan iklim global. “Kalimantan yang dulu bangga dengan hutannya, kini hutan itu telah berubah menjadi perkebunan sawit dan tambang batu bara,” pungkasnya Sementara itu Pemerhati Medsospol, Supardi kepada awak media, Sabtu, (16/1/21) mengatakan Perluasan lahan secara masif dan terus berkesinambungan bisa juga memperparah bencana terutama di kondisi cuaca ekstrem. “Akhirnya bisa mempengaruhi dan memperparah kondisi alam, baik itu di musim kemarau dan penghujan, Apalagi saat intensitas hujan yang cukup tinggi, “kata Supardi.(@ndi)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page