Lidikcyber.com, Medan – Mengenang peristiwa kelam pembantaian yang terjadi di Sumatera Timur dan dialami oleh Para Bangsawan Simalugun, Melayu dan Karo (SIMEKAR) beserta pengikut setianya tanggal 03 Maret 1946 diperingati secara sederhana oleh Datuk Muhammad Arifin dengan cara berbincang-bincang Serius tapi Santai (SERSAN) beserta teman-teman Simalungun, Karo dan juga bangsawan Melayu lainnya yang dihadiri oleh beberapa awak media dan juga Lembaga di Cafe MENDAI komplek halaman Istana Maimon Medan, Jumat (03/03).
Dalam penuturannya Datuk Muhammad Arifin mengatakan bahwa peristiwa kelam itu bermula dari keinginan sekelompok orang yang haus akan kekuasaan dan banyak memakan korban sampai ribuan orang tampa mengetahui apa kesalahan mereka, nyawanya harus dicabut paksa.
“Pembunuhan Para Raja-raja, Para bangsawan beserta pengikut setianya bahkan ada diikuti dengan pemerkosaan yang dialami para putri bangsawan Simalungun, Melayu dan juga Karo pada masa itu, sungguh hal yang sangat biadab dan manusia yang melakukan itu pastilah Manusia yang bermoral binatang dan berhatikan syetan,” tegasnya.
“Bayangkan saja, didaerah Sumatera Timur tidak ada perbudakan seperti yang terjadi di daerah pulau jawa yang terkenal dengan kerja paksanya, baik itu dizaman pendudukan Belanda maupun di zaman Jepang. Boleh dikatakan kehidupan masyarakat pada masa itu begitu makmur, bahkan di kota Deli (Medan) pada masa itu dikenal dengan istilah Kota Eropa Mini,” jelasnya lagi.
“Para pekerja yang dibawa Belanda dari pulau Jawa pun, tidak ada diperlakukan seperti budak bahkan diberi rumah, tanah dan juga dikasi gaji 2 kali dalam sebulan dengan istilah ada gajian kecil dan ada gajian besar,”sambung Datuk Panglima Kaum Ramunia Kesultanan Serdang ini.
“Lalu sekelompok orang yang diketahui dari organisasi Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Pemuda Sosialis Indonesia (PESINDO) melakukan pemfitnahan kepada Para Raja dan Sultan dengan menyebar isyu bahwa para Raja dan bangsawan hanya mencari kekayaan sendiri dengan tidak memikirkan rakyatnya,” terang Datuk.
“Tidak hanya sebatas pemfitnahan saja yang dilakukan oleh kedua kelompok ini tetapi juga melakukan penghasutan kepada segelintir masyarakat untuk menjadi pengkhinat dan juga ikut serta dalam pergerakan Revolusi sosial yang mereka rencanakan tersebut,” Sambung Datuk lagi.
Diketahui bahwa Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Pemuda Sosialis Indonesia (PESINDO) merupakan Underbownya Partai Komunis Indonesia (PKI).
Penggabungan Wilayah Sumatera Timur oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Tapanuli menjadi sebuah wilayah dinamai Provinsi Sumatera Utara.
Sedangkan wilayah Sumatera Timur dilihat pada masa ini meliputi Kab. Labuhan Batu, Kab. Labuhan Batu Utara, Kab. Labuhan Batu Selatan, Kab. Asahan, Kota Tanjung Balai, Kab. Simalungun, Kota Pematang Siantar, Kab. Serdang Bedagai, Kota Tebing Tinggi, Kab. Deli Serdang, Kota Medan, Kab. Karo, Kab. Pakpak, Kab. Pakpak Barat, Kota Binjai, Kab. Langkat dan Kab. Aceh Tamiang (Aceh).(@R)